Kamis, 05 Mei 2011

BAB III PEMBAHASAN


BAB III PEMBAHASAN


A. Unsur-Unsur Pemercepat Program Inovasi
Suherli (2010 : 55) Secara umum keadaan rutin atau stagnan di sebuah sekolah merupakan kemandegan yang mengakibatkan banyak dampak negatif. Kejenuhan bagi para guru, pengelola sekolah, karyawan, dan kepala sekolah merupakan salah satu bentuk negatif akibat dari stagnasi ini. Hilangnya motivasi mengajar dan bekerja juga bisa terjadi. Hal ini mungkin saja terjadi. Ambilah contoh seorang guru yang mengajar disebuah sekolah selama lima belas tahun atau dua puluh tahun. Kurun waktu yang begitu lama akan terasa menjemukan tak ada perubahan apa-apa. Mengajar tetap dengan metode klasik ceramah, lingkungan tak ada perubahan, format pendidikan juga tak terlalu jauh berbeda. Perubahan kurikulum mulai dari Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hanya terasa sekedar bungkus luar yang tak mampu menyentuh secara esensial apa yang seharusnya menjadi perubahan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang seharusnya terfokus kepada siswa belajar, tetap saja terpola dengan fokus guru mengajar. Bagi siswa yang hanya belajar selama 3 (tiga) tahun di SMP atau SMA misalnya, mungkin tidak terlalu lama waktu yang dialaminya, sehingga tidak terlalu dalam dampak negatif yang dialamainya.
Mengingat bahwa guru umumnya lebih lama berada di lembaga sekolah tertentu, maka seyogyanya program pembaharuan dan inovasi segera dilaksanakan. Jika program ini baru dilaksanakan, mungkin berbagai pihak yang terkait dan terkena imbasnya akan berkompromi atau menolak terjadinya perubahan. Jika pemahaman serta difusi program-program semacam ini telah seluruhnya diterima oleh lingkungan, maka sebaiknya optimalisasi program ini dimulai. Mengingat bahwa persaingan antar lembaga, antar lembaga dalam kawasan regional, nasional bahkan internasional semakin nampak, maka pilihan untuk segera mengadakan percepatan merupakan pilihan yang tidak untuk ditawar. Hanya saja perlu dipertimbangkan bagaimana konsep-konsep yang jelas tentang program inovasi yang akan dipercepat itu dirumuskan secara matang.
Perumusan konsep ini lebih baik melibatkan banyak pihak, misalnya pihak intern sekolah, guru, kepala sekolah dan karyawan, komite sekolah, tokoh masyarakat, diutamakan yang mempunyai anak bersekolah di sekolah tersebut agar keterikatan emosionalnya membantu mendukung program inovasi secara penuh, stakeholder, atau pihak-pihak lain yang dipandang perlu dan urgen.
1. Permasalahan Dalam Inovasi Pendidikan
Menyimak pengertian inovasi diatas, bahwa “Inovasi adalah ide, barang, kejadian, metode yang diamati…” maka inovasi di sekolah tentu mengandung arti sebuah ide baru yang ada disekolah, kejadian di sekolah yang terprogram dan dipolakan, serta metoda yang diamati di lingkungan sekolah. Sementara untuk kata barang atau mungkin penambahan atau pengadaan barang bukanlah sebuah inovasi.
Istilah inovasi sekolah dapat mengandung dua pengertian, yakni inovasi terhadap sekolah dan inovasi yang dilakukan di dalam sekolah. Inovasi sekolah lebih cenderung bahwa program inovasi dilakukan oleh pihak luar, sedangkan untuk pengertian yang kedua, inovasi di dalam sekolah, mengandung arti bahwa terdapat inovasi yang dilakukan di dalam sekolah. Pelaku inovasi ini bisa guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, jajaran tata usaha dan sebagainya. Namun dari kedua pemikiran tentang inovasi sekolah, kedua-duanya mempunyai tujuan yang sama, yakni meningkatkan kualitas siswa, kualitas lulusan agar dapat diterima di masyarakat.
Menurut Nurul Zuriah (2007 : 29), masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara das sollen (yang ideal) dengan das sain (yang senyatanya), yakni kesenjangan antara apa yang seharusnya (menjadi harapan) dengan apa yang ada di lapangan. Suherli (2010 : 57)
Masalah-masalah yang berkaitan dengan inovasi, pada dasarnya harus dicarikan jalan keluarnya agar inovasi dapat berlangsung tanpa hambatan apapun.
Sebagai bahan awal kajian, dibawah ini diberikan contoh inventarisir masalah yang berkaitan dengan inovasi, ditinjau dari das sollen dan das sain misalnya :



UNSUR DAS SOLLEN DAS
SAIN IDENTIFIKASI MASALAH INOVASI YANG DIHARAPKAN
Siswa Aktif Pasif Guru selalu menggunakan metode ceramah Diadakan pengembangan pemberian metoda
Perhatian Apriori Cara guru mengajar membosankan Mencari alterntif baru tentang pengelolaan kelas
Mengerjakan PR Tidak mengerjakan PR Siswa tidak memahami materi belajar Selalu membuka jam pelajaran tambahan tanpa diminta
Semangat, terus bertanya Tidak semangat Guru tidak mampu membangunkan motivasi Berusaha mengevaluasi diri

UNSUR DAS SOLLEN DAS
SAIN IDENTIFIKASI MASALAH INOVASI YANG DIHARAPKAN
Guru Datang tepat waktu Sering datang terlambat Tidak takut terhadap peraturan sekolah Dibuat peraturan/tata tertib beserta skor pelanggaran
Membuat RPP Tidak membuat RPP Guru malas Guru diwajibkan membuat softcopy sehingga untuk semester-semester berikutnya tinggal melakukan revisi
Melakukan ulangan harian minimal 3 kali dalam 1 semester Melakukan 1 kali bahkan tidak pernah ulangan Guru tidak mempunyai program dan I’tikad baik membimbing siswa Kepala Sekolah melakukan pemanggilan khusus untuk mendiskusikan masalah di kelas
Datang tepat waktu Sering datang terlambat Guru tidak bisa/tidak patut diteladani Selalu mengingatkan kepada semua warga sekolah,dengan menulis di spanduk yang besar dan dapat diakses darimana saja

Dari beberapa kasus yang mungkin terjadi di lapangan, kasus ini adalah kasus-kasus kecil. Akan tetapi kita tidak boleh membiarkan kasus-kasus kecil tersebut menjadi berkembang dan sulit untuk diperbaiki.
Inovasi-inovasi dalam matriks diatas nampak sangat sederhana, namun keterlanjutan masalah penerapan inovasi inilah yang sebenarnya sangat diperlukan oleh lembaga sekolah.
2. Sumber-Sumber Terjadinya Inovasi Pendidikan
Analisis dan inventarisir tentang kemungkinan-kemungkinan faktor yang menjadi sumber munculnya inovasi dinyatakan oleh Drucker dalam Sudarwan Damin (2002 : 150) mengemukakan beberapa sumber terjadinya perubahan adalah : The unexpected (kondisi yang tidak diharapkan), The Incongruity (munculnya ketidakwajaran), Innovation based on process need (kebutuhan yang muncul dalam proses), Changes in industry structure or market structure (perubahan dalam struktur industri pasar), Demographics (kondisi demografis), Changes in perception, mood and meaning (perubahan persepsi, suasana dan makna), dan New Knowledge (pengetahuan baru). Suherli (2010 : 59). Penjelasan masing-masing beserta contoh-contoh di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut :
a. The unexpected (Kondisi yang tidak diharapkan)
Didalam lingkungan sekolah banyak sekali kondisi yang tidak diharapkan banyak pihak, misalnya mahalnya biaya tambahan di sekolah tersebut, layanan sekolah yang kurang optimal, kemampuan guru yang rendah, tingkat kualifikasi guru yang kurang memenuhi syarat, kondisi kultur yang tidak kondusif.
Kondisi semacam ini biasanya menyebabkan orang menjadi berontak untuk menghindari atau memperbaiki kondisi. Sehingga secara logis inovasi yang muncul dapat diharapkan di sini.
b. The Incongruity (Munculnya ketidakwajaran)
Kondisi-kondisi yang tidak wajar / menyimpang semacam penerimaan siswa baru yang melibatkan banyak oknum lain di luar sistem ikut campur tangan, penjurusan program yang dipaksakan, kelulusan yang direkayasa dan sebagainya, juga merupakan beban bagi pengelola sekolah, terutama bagi mereka yang masih menyimpan idealisme tinggi. Kondisi semacam ini jelas ingin untuk ditiadakan, sehingga mereka yang mau berfikir memikirkan bagaimana cara agar penerimaan siswa baru memiliki sistem yang aman, program penjurusan yang disadari oleh orang tua maupun siswa, sistem pengujian yang wajar dan sebagainya akan dapat memunculkan inovasi.
c. Innovation based on process need (Kebutuhan yang muncul dalam proses)
Dalam proses pengelolaan sekolah kadang-kadang terlintas ide baru yang datang dengan tiba-tiba. Ide ini sebaiknya segera dikomunikasikan dengan yang lain. Interaksi ini akan menghasilkan gagasan-gagasan baru milik bersama, sehingga walaupun tidak dilaksanakan sejak awal namun inovasi dapat muncul di tengah jalan.
d. Changes inovasi industry structure or market structure (Perubahan dalam struktur industri pasar)
Perubahan struktur pada industri pasar sering mendorong kepala sekolah atau pengelola sekolah untuk mengambil tindakan inovasi. Mengingat konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya kepala sekolah sangat leluasa untuk mengembangkan inovasi disekolahnya. Misalnya dengan berkembangnya industri, sekolah dapat mengambil kebijakan kurikulum yang semula kognitif oriented menjadi psikomotor oriented. Paling tidak ada penambahan porsi dalam hal peningkatan keterampilan siswa. Kasus lain semisal sekarang banyak sekali permintaan tenaga kerja ke Korea dan Jepang, kepala sekolah dapat menentukan perubahan muatan bahasa asing dengan dua bahasa ini.
e. Demographics (Kondisi demografis)
Kondisi alam lingkungan yang berbeda-beda tentu saja akan membedakan keputusan inovasi. Demikian pula pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana akan berbeda pula. Sekolah-sekolah yang berada di perkotaan misalnya, upaya inovasi suasana pembelajaran akan nampak lebih dinamis dan beragam. Dukungan infrastruktur dan jaringan komunikasi sangat memberikan pengaruh percepatan program inovasi. Akan tetapi di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas, suasana pembaruan sangat sulit untuk muncul. Misalnya faktor siswa yang lebih mementingkan membantu orang tua di sawah atau ladang, atau mencari mata pencaharian lain. Belum lagi faktor guru yang mungkin dari segi kehadiran sangat kurang dari yang seharusnya.
f. Changes in perception, mood and meaning (Perubahan persepsi, suasana dan makna)
Saat ini secara umum penerimaan masyarakat terhadap informasi dari berbagai media masa cukup responsif. Dengan adanya informasi yang beragam itu mendorong sebagian orang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu yang baru agar tidak ketinggalan dari yang lain.
g. New Knowledge (Pengetahuan Baru)
Usaha-usaha yang dilakukan berbagai pihak, baik individu, lembaga swadaya masyarakat atau pemerintah, baik daerah, provinsi maupun pusat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, semacam seminar, lokakarya, penataran, workshop dan sebagainya selalu mendatangkan hal baru bagi yang melaksanakan. Setelah selesai melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut banyak sekali hal yang dapat diperoleh. Motivasi-motivasi dan keharusan menyampaikan apa yang telah didapatnya mendorong orang mau melakukan inovasi berdasarkan apa yang ia dapatkan.
3. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
Disamping hal-hal yang menyebabkan munculnya inovasi di atas, terdapat pula hal-hal yang mempengaruhi jalannya inovasi. Suherli (2010:61) dalam bahan perkuliahan menyatakan ada 4 ( empat ) hal yang mempengaruhi inovasi yaitu : Efisiensi, Kebermanfaatan, Keterlibatan, dan Kebergunaan.
a. Efisiensi
Program inovasi yang dilaksanakan harus mempertimbangkan unsur efisiensi. Efisiensi lebih cenderung kepada optimalisasi penggunaan waktu dibanding dengan produk yang dihasilkan atau yang diharapkan. Oleh karena itu program inovasi yang dirancang sebisa mungkin dapat dilaksanakan sesuai kurun waktu yang disediakan. Misalnya pemilihan inovasi pada bidang pengajaran, penjabaran dalam kegiatan belajar mengajar paling tidak pada satu buah rencana mengajar program ini selesai. Waktu berikutnya digunakan untuk melakukan evaluasi, termasuk di dalamnya menginventarisir hambatan-hambatan yang ada sehingga pada tahap - tahap berikutnya hambatan - hambatan ini dapat dieliminir.

b. Kebermanfaatan
Segala sesuatu yang digolongkan ke dalam inovasi harus bermanfaat. Inovasi tidak dapat hanya mempertimbangkan atau menyalurkan hasrat ide orang atau sekelompok orang akan tetapi juga harus memperhitungkan faktor manfaat yang diperoleh. Sebagai contoh dalam suatu sekolah dibutuhkan fasilitas pendukung KBM di kelas yaitu produk bahan ajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Misalnya terdapat seorang guru yang mampu menguasai penggunaan software-software semacam flash dan sejenisnya yang bisa dijadikan alat pengolah bahan pelajaran interaktif. Jika ia ingin mengembangkan inovasi dengan cara melatih banyak guru untuk menguasai penerapan software ini rasanya kurang bermanfaat, sebab tingkat kesulitan yang ada cukup tinggi.
Jika ingin melakukan inovasi pemasyarakatan berbasis TIK di sekolah, seyogyanya dimulai dari yang sederhana semacam penggunaan aplikasi office seperti Power Point, Word dan Excel.
c. Keterlibatan
Program-program inovasi yang akan digulirkan melibatkan banyak pihak. Diantaranya adalah pihak penerima. Untuk maka perlu dilakukan upaya-upaya sosialisasi dan difusi inovasi kepada calon penerima atau pengguna.
d. Kebergunaan
Pertimbangan kuantitas pengguna / kostumer terhadap program inovasi harus dikedepankan. Program inovasi yang dibuat itu lebih banyak berguna untuk siapa ? untuk dirinya sendirikah ? Ataukah menyangkut kegunaan bagi orang lain atau pihak lain yang kuantitasnya lebih banyak ? Sebagai contoh apabila seseoranag melakukan inovasi pembelajaran, mungkin sekali program ini terlalu dipaksakan. Tetapi si pembuat program mempunyai tendensi lain yakni ingin karyanya diakui dan diberi penghargaan angka kredit. Dengan demikian model program semacam ini hendaknya jangan dilakukan, pilihlah alternatif yang lain.
Faktor-faktor lain tentunya dapat juga dimasukkan ke dalam unsur pemengaruh terhadap inovasi.
4. Faktor-Faktor Pemercepat Inovasi Dalam Pendidikan
Keputusan inovasi tentunya diawali dengan program dan diakhiri dengan evaluasi. Ditengah-tengah proses berlangsungnya inovasi atau mungkin juga ditengah berlangsungnya uji coba, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, baik intern maupun ekstern.
Untuk memperjelas gambaran, berikut ini skema kegiatan inovasi beserta hal-hal yang mempengaruhinya.
Dalam skema tersebut nampak bahwa analis SWOT merupakan pangkal dari akan diberlakukannya inovasi. Program inovasi yang dipilih harus didiskusikan terlebih dahulu kepada yang berwenang di sekolah. Dari hasil-hasil diskusi tersebut akan nampak atau terinventarisir.
Dalam skema yang dimaksud Pelaksanaan Program adalah Proses Inovasi. Proses ini semuanya tergantung kepada yang terlibat melaksanakan serta sikap untuk menerima atau menolak dari sasaran inovasi.
Menurut Udin. S (2008 : 45) Proses Inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Jika serangkaian aktifitas ini dilakukan secara bersama-sama, maka tentu akan terdapat koordinasi antar unsur. Akan tetapi yang perlu diingat adalah bahwa dalam setiap interaksi antar manusia kadang terjadi sesuatu yang dapat menghambat dan mempercepat laju inovasi.
Dalam makalah ini penulis hanya akan menyoroti masalah-masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempercepat proses hingga akhir inovasi.
Menurut Everett M. Rogers dalam Udin. S (2008 : 21) menyatakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya iniovasi yaitu Keuntungan Relatif, Kompatibel, Kompleksitas, Trialabilitas, dan dapat diamati.
a. Keuntungan Relatif, dimana inovasi diukur dari keuntungan secara ekonomi. Artinya semakin sasaran melihat ada keuntungan yang besar, maka inovasi dipastikan akan berjalan semakin cepat.
b. Kompatibel, Yakni tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai yang ada. Semakin sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maka akan semakin cepat inovasi dijalankan. Sebagai contoh inovasi tentang lingkungan sehat yang bebas rokok. Karena hal ini bertentangan dengan kultur yang sudah mengurat mengakar maka inovasi ini akan sulit untuk dilaksanakan.
c. Kompleksitas, adalah tingkat kesulitan difusi inovasi ke masyarakat. Menanamkan pemahaman kepada rakyat yang kurang pendidikan kadang-kadang sulit. Oleh karena itu faktor kompleksitas ini akan membawa kepada konseptor inovasi untuk mencari metoda agar pesan-pesan inovasi dapat mudah diterima oleh masyarakat, sehingga inovasi akan berjalan lebih cepat.
d. Mudah Diamati, suatu inovasi akan mudah berkembang jika hasil dari inovasi itu dapat diamati secara langsung. Misalnya hasil-hasil dari pelatihan yang akan dijadikan bahan latihan keterampilan berikutnya, dibanding misalnya dengan inovasi tentang pendidikan kognitif yang hasilnya tidak bisa diamati secara langsung.
Dalam pembahasan lain disebutkan pula misalnya pembiayaan, modal balik, efisiensi, resiko, komunikabel, status ilmiah, kadar orsinalitas, keterlibatan sasaran, dan sebagainya termasuk dalam unsur yang bisa mempercepat laju inovasi.
Melihat pada skema diatas terdapat eksternal dan internal yang dapat mempercepat inovasi. Dari hasil dugaan, penyimpulan, pemikiran dan pengamatan dilapangan maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemercepat inovasi dilihat dari internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
1) Motivasi diri, seperti ingin maju, ingin berkembang, ingin mencoba, ingin dipuji, ingin bersaing.
2) Komitmen, merupakan wujud dari janji kebersamaan akan mempercepat proses inovasi karena setiap yang terlibat didalamnya merasa bertanggung jawab terhadap isi komitmen yang dibuat bersama.
3) Tersedia Sumber Daya Manusia (SDM), maksudnya terdapat sumber daya manusia yang baik. Kelompok-kelompok ini akan membawa dampak positif sehingga mampu untuk membujuk pihak-pihak yang masih ragu akan program inovasi.
4) Melanjutkan konsep, artinya dilingkungan sekolah belum ada menjadi menciptakan konsep, sudah ada konsep untuk diwujudkan, sudah ada konsep tetapi belum optimal, maka perlu pengoptimalan.
5) Kepala Sekolah, mengenai gaya kepemimpinan disorot oleh Made Pidarta (2004 : 227) dalam ragam gaya kepemimpinan. Pembina / pengembang, yang menekankan efektivitas dan individu bawahannya. Pemimpin ini selalu berusaha untuk mengembangkan potensi setiap bawahannya. Suherli (2010 : 66). Sedangkan dalam E. Mulyasa (2008 : 119) kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Suherli (2010 : 66)
b. Faktor eksternal
1) Pujian, Reward atau penghargaan, ini diberikan kepada pihak pemrakarsa atau kelompok yang telah sukses melakukan inovasi. Diharapkan ini akan memacu inovasi-inovasi yang lain. Bentuk reward ini memang termasuk dalam manajemen ketanaan ( personalia ) . E. Mulyasa (2006 : 21) menyatakan “Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah (reward) dan sanksi (punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kependidikan ( guru dan nonguru ) dapat dilakukan oleh sekolah. Artinya, pemberian reward memang merupakan pengakuan terhadap prestasi yang telah diraih. Suherli ( 2010 : 67 )
2) Adanya peraturan, adanya instruksi. Dua hal ini seperti yang disampaikan oleh Udin. S ( 2008 : 68 ) ini berkaitan dengan strategi paksaan (power strategis) terhadap klien untuk mencapai tujuan perubahan.
3) Tersedianya dana, baik itu dana yang berasal dari komite sekolah, blockgrant atau bantuan langsung dari pemerintah pusat. Inovasi akan berjalan cepat, karena umumnya kegiatan inovasi berbanding lurus dengan biaya.
4) Peran Komite Sekolah, peran yang dimaksud adalah peran yang nyata. Komite sekolah yang mampu mempercepat proses inovasi adalah komite sekolah yang mampu menggali dana dan dukungan non materil dari berbagai pihak.


DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR PUSTAKA

Inovation. Dalam situs http://WWW.Shafe.Tripod.com//Inov.htm.

Noor, Idris H.M. Sebuah tinjauan teoritis tentang inovasi pendidikan di Indonesia
Dalam situs http://WWW.pdk.go.id/balitbang/publikasi/Jurnal/no_026/sebuah_Tinjauan_teoritis_Idris.htm.

Saud, Udin Saefudin (2006) Inovasi Pendidikan Edisi kesatu. UPI Press. Bandung

Wijaya, Cece dan Djaja Jujuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan dalam
Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Inovasi Pendidikan Dalam situs http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi-Pendidikan



BAB IV KESIMPULAN


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.kESIMPULAN
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas.
Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya bisa berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.        
Namun demikian memajukan pendidikan bukan suatu pekerjaan yang mudah, terdapat hambatan-hambatan yang menghalangi perkembangan pendidikan. Masalah utama pendidikan yang dialami terutama mutu pendidikan di sebagian sekolah masih belum bisa dikatakan baik. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan namun demikian hal ini tidak bisa langsung terlihat tetapi harus berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan serta diperlukan langkah-langkah yang kongkrit dan inovatif, sehingga pendidikan yang didambakan dapat terwujud. Tanpa ada inovasi yang signifikan dan cepat mutu pendidikan di sekolah tidak akan berubah, hanya stagnan dalam melaksanakan rutinitas pekerjaan sebuah lembaga, tapi sebaliknya ketika proses inovasi berlangsung di sekolah melalui berbagai program dan kegiatannya secara terarah, teratur dan berkelanjutan tentunya akan menghasilkan sesuatu hal yang benar-benar diharapkan baik dari kualitas sekolah itu sendiri maupun kualitas peserta didiknya.
Proses inovasi pendidikan di sekolah supaya berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan berdampak signifikan baik kepada internal sekolah maupun eksternal sekolah perlu dilakukan berbagai percepatan-percepatan program inovasinya. Unsur-unsur pemercepat inovasi pendidikan sesuai dengan bab terdahulu dapat dijelaskan bahwa cepat lambatnya sebuah inovasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : Keuntungan Relatif, Kompatibel, kompleksitas, mudah diamati, pembiayaan, modal balik, efisiensi, resiko, komunikabel, status ilmiah, kadar orsinalitas, keterlibatan sasaran, dan sebagainya termasuk dalam unsur yang bisa mempercepat inovasi. Pemercepat inovasi pendidikan juga dapat dilihat dari faktor internal anatara lain : 1) Motivasi diri, 2) Komitmen, 3) Tersedia SDM, 4) Melanjutkan konsep, 5) Kepala Sekolah. Dan faktor eksternal antara lain : 1) Pujian, 2) Adanya peraturan, 3) Tersedianya dana, 4) Peran komite sekolah.
Dengan demikian proses inovasi pendidikan yang berlangsung akan lebih baik jika implementasinya dilakukan dengan konsep perencanaan yang matang, pelaksanaan yang terprogram, dan evaluasi yang rutin dan terfokus serta unsur-unsur pemercepat inovasi yang harus benar-benar diberdayakan keberfungsiannya sehingga tujuan dari inovasi pendidikan disekolah itu sesuai dengan keinginan dan harapan dari sekolah itu sendiri.

B. SARAN
Saran-saran berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran rekomendasi terutama yang berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu sekolah melalui proses inovasi pendidikan yang dilakukan secara cepat, terarah dan kontinu anatara lain sebagai berikut :
1. Proses inovasi pendidikan yang dilakukan di sekolah harus benar-benar terprogram sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Proses inovasi pendidikan disekolah harus berkelanjutan dengan memperhatikan berbagai unsur / faktor percepatan pelaksanaan inovasi sehingga hasil yang diharapkan dapat terwujud dengan optimal
3. Unsur-unsur pemercepat program inovasi baik secara internal maupun eksternal dan aspek-aspek lain yang mendukung harus benar-benar dioptimalkan keberfungsiannya sehingga akan mendorong keberhasilan program inovasi yang dilakukan
4. Diperlukan adanya pembahasan lanjutan oleh karena keterbatasan makalah karya penulis melalui pembuatan makalah baru yang temanya relevan dengan penulis, yang akan menjadi bahan kajian baru dan perbandingan serta pembaharuan konsep dan isi sehingga akan dirasakan lebih komplit dan lebih menyentuh substansinya.


BAB II KAJIAN PUSTAKA


BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Perubahan Sebagai Inovasi
1. Hakikat Perubahan Dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam rangka mencapai kemajuan suatu Negara, Suatu negara akan terlihat kemajuannya jika menempatkan pendidikan sebagai proses pembangunan yang utama ( Main Developmental Proces). Suherli (2008:13) menyatakan bahwa memajukan pendidikan bukan suatu pekerjaan yang mudah. Terdapat hambatan-hambatan yang menghalangi perkembangan pendidikan. Masalah utama pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan nasional dan untuk membangun kepercayaan masyarakat (Educational Customers) . Misalnya peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan, pengembangan kurikulum, pengadaan buku, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu manajemen sekolah, pengembangan Inovasi pendidikan dan lain-lain. Namun demikian berbagai Indikator mutu pendidikan (Quality Assurance) belum secara signifikan menunjukan kemajuan. Kondisi ini terlihat di sebagian sekolah berada di kota-kota besar terlihat meningkatnya mutu pendidikan tetapi di sekolah yang berada di luar kota terlihat masih rendah kualitas mutu pendidikannya.
Suherli (2010:14) menyatakan bahwa dari berbagai pengamatan dan analisis, ada beberapa faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan salah satunya adalah keterbatasan anggaran dari pemerintah dan keterbatasan dukungan dana dari masyarakat sehingga akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Masih dikutip dari Suherli (2010:14) bahwa langkah-langkah kongkrit untuk menciptakan iklim pendidikan yang baik yaitu membangun kesadaran semua pihak untuk melakukan inovasi pendidikan di semua tingkatan sistem pendidikan (Government, regulators, manggers, and teachers).
Perubahan dalam bidang pendidikan merupakan suatu keharusan karena untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Amir. M (2009:3) bahwa berbagai perubahan yang terjadi di berbagai lini kehidupan kita di era pengetahuan ini, terutama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi haruslah dianggap penting oleh dunia pendidikan. Akan tetapi perubahan pada kenyataannya di lapangan sering tidak berlangsung dengan baik, akibatnya terjadi pemborosan financial, waktu, SDM dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Credaro Amanda (2001:1) ” Educational Reforms are often not well implemented, This results in massive wastage of finances, human resources, and lost potensial ”. Artinya, Reformasi atau perubahan pendidikan sering tidak dilakukan dengan baik. Hal ini mengakibatkan pemborosan yang besar dalam bidang Finansial, sumber daya manusia dan hilangnya Unsur-unsur potensial (Suherli, 2010:16). Perubahan merupakan sebuah adopsi dari proses Inovasi yang tujuannya adalah untuk memperbaiki lulusan (outcomes) melalui berbagai upaya dalam proses pendidikan. Perubahan sangat komplek yang melibatkan berbagai aspek, maka perubahan yang akan dilakukan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga impact atau pengaruhnya juga harus diperhitungkan.
Hakikat atau tujuan utama dari sebuah perubahan dalam pendidikan yang diimplementasikan dalam kegiatan inovasi pendidikan adalah untuk membantu sekolah mencapai tujuan secara efektif melalui penetapan sejumlah program atau praktek-praktek pendidikan yang lebih baik.



2. Konsep Dasar dan Ciri-Ciri Sekolah Efektif
Sekolah efektif menunjukan kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, social, politis, budaya maupun pendidikan. Disdik Provinsi Jabar, (2005:17) menjelaskan bahwa
1. Fungsi ekonomi sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktifitas ekonomi sehingga siswa dapat hidup sejahtera
2. Fungsi sosial sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk beradptasi dengan kehidupan masyarakat
3. Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban siswa sebagai warga Negara
4. Fungsi budaya adalah media bagi siswa untuk melakukan tranmisi dan transpormasi budaya
5. Fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa

Ciri-ciri dan indikator keefektifan sekolah dapat dilihat dan ditampilkan pada table berikut ini :
Ciri - Ciri dan Indikator Ke-Efektifan Sekolah :
CIRI-CIRI INDIKATOR
Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik Tujuan sekolah
Ø  Dinyatakan secara jelas
Ø  Digunakan untuk pengambilan keputusan
Ø  Dipahami oleh siswa, guru dan staff
Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah Kepala Sekolah
Ø  Bisa dihubungi dengan mudah
Ø  Bersikap responsif kepada guru, staf dan siswa
Ø  Responsif kepada orang tua dan masyarakat
Ø  Melaksanakan kepemimpinan yang terfokus pada pembelajaran
Ø  Menjaga agar rasio guru / siswa sesuai dengan rasio ideal
Ekspektasi guru dan staf tinggi Guru dan Staff
Ø  Yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi
Ø  Menekankan pada hasil akademis
Ø  Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa
Adanya kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat Sekolah
Ø  Komunikasikan secara positif dengan orang tua
Ø  Memelihara jaringan dukungan orang tua
Ø  Orang tua dan masyarakat
Ø  Berbagai tanggungjawab untuk menegakkan disiplin dan mempertahankan keberhasilan
Ø  Menghadiri acara-acara penting di sekolah
Adanya iklim positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar  Rapi, bersih, dan aman secara fisik
Ø  Disiplin secara baik
Ø  Memberi penghargaan kepada yang berprestasi
Ø  Memberi penguatan terhadap prilaku positif siswa-siswa
Ø  Mentaati aturan sekolah dan aturan pemerintah daerah
Ø  Menjalankan tugas/kewajiban tepat waktu
Kemajuan siswa sering dimonitor Guru memberi siswa
Ø  Tugas yang tepat
Ø  Umpan balik secara cepat (segera)
Ø  Kemampuan berpartisipasi di kelas secara optimal
Ø   Penilaian hasil belajar dari berbagai segi
Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensial Siswa
Ø  Melakukan hal yang terbaik untuk mendapat hasil belajar yang optimal;baik yang bersifat akademis maupun non akademis
Ø  Memperoleh berbagai keterampilan esensial kepada sekolah
Ø  Menunjukan komitmen dalam mendukung program dan keterampilan esensial guru
Ø  Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan yang esnsial

3. Sekolah Efektif Dalam Perspektif Manajemen Mutu
Disdik Provinsi Jabar (2005:17) menyatakan bahwa dimensi dan Indikator sekolah efektif dalam perspektif mutu manajemen adalah sebagai berikut :
1. Layanan Pembelajaran
a. Mutu mengajar guru
b. Kelancaran layanan belajar mengajar sesuai dengan jadwal
c. Umpan balik yang diterima siswa mengenai pekerjaannya
d. Layanan keseharian guru terhadap siswa
e. Kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru pada khususnya dan layanan sekolah pada umumnya.
f. Kenyamanan ruang kelas sebagai tempat belajar
g. Ketersediaan fasilitas belajar
h. Kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah


2. Pengelolaan dan layanan kepada siswa
Siswa merupakan pelanggan primer layanan pendidikan yang harus memperoleh kepuasan yang menyangkut :
a. Mutu layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya
b.Mutu layanan dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan pribadinya, sehingga mereka lebih memahami realisasi dirinya dan dapat mengatasi sendiri persoalan-persoalan yang dihadapinya
c. Pemenuhan kebutuhan kemanusiaannya (dari kebutuhan dasar, rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri)
3. Sarana dan Prasarana sekolah
4. Program dan pembiayaan
Sekolah yang efektif memilki perencanaan strategis dan tahunan yang dipatuhi dan diketahui oleh masyarakat sekolah. Dinamika perencanaan strategis sekolah membantu mengarahkan dinamika orientasi sekolah yang dibimbing oleh visi, misi, kejelasan program, sasaran dan indikator keberhasilannya.
5. Partisipasi masyarakat
6. Budaya sekolah
Merupakan tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatan-kesepakatan yang direpleksikan dalam tingkah laku keseharian, baik perorangan maupun kelompok.
B. Proses Inovasi dalam Pendidikan
1. Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Udin.S (2008:45) mengatakan bahwa kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. KUBI (1997:1902) menyatakan bahwa proses merupakan (1) jalannya peristiwa dari awal sampai akhir, (2) masih berjalan suatu perbuatan, pekerjaan, tindakan.
Berapa lama waktu yang diperlukan dan dipergunakan selam proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Udin.S (2008:3) menyatakan bahwa Inovasi (Inovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil Invention maupun diskoveri. Sejalan dengan hal ini Milier, Roger E. seperti dikutip oleh Suherli (2010:1) mengatakan “Innovation is an Idea, Practice, or object perceived as new by relevant unit adaption, whether it is an individual or an organization”. Artinya Inovasi adalah sebuah pemikiran, praktek, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru melalui proses adopsi yang dilakukan baik oleh seorang Individu atau organisasi.
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Udin.S (2008:45) mengatakan bahwa proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) Inovasi pendidikan. Proses Inovasi pendidikan harus terus berlangsung di sebuah organisasi dalam hal ini sekolah secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pendidikan baik secara khusus di sekolah tersebut maupun secara umum mutu pendidikan.
2. Pihak – Pihak Dalam Proses Inovasi Pendidikan
Pihak-pihak utama yang perlu diperhatikan dalam proses inovasi pendidikan sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah yang menjadi pemimpin dalam institusi pendidikan tentunya harus dapat memanage seluruh program dan kegiatan serta melaksanakan apa yang akan menjadi tujuan dari sekolah tersebut. Kepala Sekolah perlu menyesuaikan prilaku kepemimpinan yang diterapkan atas dasar kompetensi yang ada pada dirinya. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mengimplementasikan program dan kegiatan yang berbasis inovasi antara lain :
1) Memahami manajemen pendidikan dan manajemen sekolah.
2) Memiliki pandangan yang visioner dari paradigma baru tentang keberlangsungan sekolahnya.
3) Memiliki kompetensi leadership dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
4) Memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan potensial yang dimiliki sekolah.
5) Terampil memahami, memelihara, dan memotivasi semangat kerja guru, staff, dan siswa dalam rangka pengembangan mutu pendidikan sekolahnya.
2. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Menurut Jean D.Grambs dan C.Marris Mc Clare yang dikutif Uno.H.B (2007 : 5) “ Teacher are those persons who can seriously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes places”. (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan. Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat penting bagi keberhasilan sebuah program inovasi pendidikan.
3. Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses pendidikan terutama dalam rangka keberlangsungan proses belajar dan mengajar. Suherli (2010 : 8) mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Peran siswa dalam proses inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya.
4. Kurikulum
Kunandar (2007 : 113) mengatakan bahwa salah satu variable yang mempengaruhi Sistem Pendidikan Nasional adalah Kurikulum. Kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada dalam masyarakat. Kurikulum harus dirancang dalam rangka lebih mengembangkan segala potensi yang ada pada peserta didik. Kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya yang merupakan pedoman dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Suherli (2010 : 10) Kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan.
Oleh karena itu tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada didalamnya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
5. Fasilitas
Fasilitas dalam hal ini termasuk sarana dan prasarana pendidikan, merupakan hal yang tidak bisa diabaikan dalam keberlangsungan proses pendidikan khususnya dalam menunjang kegiatan proses belajar mengajar. Dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan di sekolah fasilitas sangat urgen keberadaannya sehingga program inovasi yang akan dilaksanakan bisa berjalan sesuai apa yang diharapkan dalam tujuan dari program - program inovasi di sekolah tersebut.

6. Lingkungan Sosial Masyarakat
Dalam rangka menerapkan inovasi pendidikan, keterlibatan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung akan mempunyai dampak yang tidak berarti bagi keberlangsungan dan pembaharuan pendidikan. Keterlibatan masyarakat terutama masyarakat dimana peserta didik itu berasal dan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan program inovasi pendidikan sangat diharapkan sehingga dapat membantu dan mendukung kegiatan-kegiatan Inovasi Pendidikan di sebuah sekolah.


BAB 1 PENDAHULUAN


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional merupakan upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk menjadikan suatu bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia menjadi bangsa yang setara dengan bangsa-bangsa yang sudah maju dan modern, baik dalam taraf hidup maupun dalam berbagai bidang dan berbagai aspek kehidupan.
Ali. M ( 2009 : 48 ) Mengatakan bahwa secara konseptual pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan fungsi utama meningkatkan kesejahteraan, dan meningkatkan kualitas manusia.
Pembangunan nasional suatu Negara pada kondisi sekarang lebih menekankan pada paradigma pembangunan sumber daya manusia karena dengan konsep ini menempatkan manusia sebagai motor dan subjek pembangunan juga sekaligus sebagai objek dari pembangunan itu sendiri Ali. M ( 2009 : 51 ) mengatakan bahwa ada enam alasan mengapa paradigma pembangunan manusia bernilai penting yaitu : 1. Pembangunan bertujuan akhir meningkatkan harkat dan martabat manusia ; 2. Mengemban misi pemberantasan kemiskinan ; 3. Mendorong peningkatan produktivitas secara maksimal dan meningktakan control atas barang dan jasa ; 4. Memelihara konservasi alam ( lingkungan ) dan menjaga keseimbangan ekosistem ; 5. Memperkuat basis masyarakat madani atau civil society dan institusi politik guna mengembangkan demokrasi ; 6. Merawat stabilitas politik yang kondusif bagi implementasi pembangunan.Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang handal dan tangguh hanya dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Undang-undang No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( Sairin.W, 2010 : 24 ). Dengan Pendidikan manusia dapat berinvestasi untuk masa depan, Schuttz ( 1968 ) menyatakan bahwa proses mendapatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan adalah suatu bentuk investasi SDM dan bukan sebagai kegiatan konsumtif ( Ali.M 2010 : 71 ). Pendidikan berkualitas memberi pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pembngunan nasional, terutama dalam menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi adalah bangsa yang sebagian besar dari sumber daya manusia yang dimilikinya berkualitas, yang merupakan keluaran dari lembaga-lembaga Pendidikan berkualitas. Pendidikan berkualitas adalah dambaan serta harapan hampir setiap orang ataupun lembaga. Masyarakat dan orang tua mengharapkan agar anak-anak mereka mendapatkan Pendidikan berkualitas agar mampu bersaing dalam memperoleh peluang, baik dalam meraih pekerjaan maupun dalam menjalani kehidupan. Lembaga Pendidikan atau Sekolah yang bermutu dan berkualitas dari berbagai aspek manajerial pengelolaan sekolahnya mulai dari keorganisasian, kurikulum, kesiswaan, saran prasarana, hubungan dengan stake holder, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, program dan kegiatan unggulan berbasis inovasi, proses pembelajaran, pengembangan diri, dan lain-lain secara riil dan kontinu dapat diimplemtasikan walaupun secara bertahap tetapi menuju kearah perubahan yang signifikan bagi kemajuan sekolah. Merujuk pada pendapat Edward Sallis ( 1993 ) sekolah yang bermutu bercirikan sebagai berikut :
1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
3. Sekolah memlilki investasi pada sumber daya manusianya.

4. Sekolah memilik strategi untuk mencapai kualitas baik ditingkat Pimpinan, Tenaga Akademik maupun Tenaga Administratif.
5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya
6. Sekolah memilik kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya
8. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreatifitas, mapun menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal.
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas
11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut
12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan. ( Danim S 2007 : 55 ).
Upaya meningkatkan mutu dan kualitas sekolah harus secara terus menerus dilakukan, baik secara konvensional maupun inovatif. Namun demikian berbagai indikator mutu sekolah belum menunjukkan peningkatan yang berarti, sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Sebagian sekolah dari sisi kelembagaan memang ada dan beroperasi namun disisi lain operasionalisasinya cenderung hanya melakukan proses rutinitas kerja suatu lembaga yang monoton dan stagnan dalam program dan kegiatannya sehingga kualitas yang diharapkan masih terlalu jauh untuk diraih. Kondisi ini mungkin sebagian besar terjadi di sekolah dan tidak dapat dielakan lagi sesuai kenyataan bahwa pada umumnya sekolah masih terfokus pada rutinitas program yang digulirkan secara hirarkhis dan cenderung sentralistik sehingga pemberdayaan lembaga secara optimal melalui berbagai program dan kegiatan yang inovatif sebagai penunjang kualitas sekolah belum terealisasi dengan baik. Kondisi demikian secara umum dapat dipaparkan sesuai dengan pendapat Udin. S (2008 : 5) mengatakan bahwa pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, diantaranya :
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya kegiatan masyarakat untuk mendapat pendidikan, yang secara komulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus-menerus, dan dengan demikian mununtut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education).
3. Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan tersebut masih dikutip dari Udin. S (2008 : 5) lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang, baik dari luar maupun dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, diantaranya :
1. Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
4. Masih kabur dan belum mantapnya konsepsi tentang pendidikan dan interprestasinya dalam prkatik.
Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan paradigma yang baru dan mendalam serta pendekatan baru yang progresif. Pendekatan ini harus selalu didahului dengan penjelajahan yang mendahului percobaan, dan tidak boleh semata-mata atas dasar coba-coba. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan harus dengan cara tradisional atau komersial. Gagasan dan pendekatan baru yang memenuhi ketentuan inilah yang dinamakan Inovasi Pendidikan.
Suherli (2010 : 1) mengatakan bahwa inovasi merupakan sebuah pemikiran, praktek, atau objek yang dianggap sesuatu yang baru yang dianggap mampu mengatasi permasalahan yang sudah dihadapi. Sejalan dengan hal ini, Miller, Roger E. Seperti dikutip oleh Suherli (2010 : 1) mengatakan “ Innovation is an idea, practice, or object perceived as new by relevant unit of adaption, whether it is an individual or an organization “. Artinya, Inovasi adalah sebuah pemikiran, praktek, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru melalui proses adopsi yang dilakukan baik oleh seorang individu atau organisasi.
Udin. S ( 2008 : 8 ) mengatakan bahwa pendidikan adalah merupakan suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti Sekolah, Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya Sistem Pendidikan Nasional. Dalam konteks ini inovasi harus berlangsung terus-menerus di sebuah sekolah sehingga secara bertahaf akan memberikan dampak yang sangat signifikan bagi kemajuan dan perkembangan mutu pendidikan sekolah tersebut bahkan secara umumnya mutu pendidikan nasional. Namun demikian sebagian besar sekolah-sekolah terutama yang berbagai akses pendukungnya kurang baik, informasi, komunikasi, fasilitas sarana dan prasarana serta berbagai hal lainnya menyebabkan terjadinya kemandegan atau stagnasi perkembangan lembaganya. Kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilakukan sebatas rutinitas kegiatan yang statis sehingga perkembangan mutu pendidikan di sekolah tersebut tidak optimal bahkan cenderung banyak dampak yang negative akan muncul. Kejenuhan bagi para guru, pengelola sekolah, karyawan dan kepala sekolah merupakan salah satu bentuk negative akibat dari stagnasi ini.
Dari kondisi diatas, maka penulis mencoba mengangkat masalah dalam sebuah makalah yang berjudul : “ Unsur – Unsur Pemercepat Program Inovasi “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam latar belakang diatas, maka Rumusan Masalah yang akan dibahas didalam makalah ini adalah “ Bagaimanakah upaya-upaya mempercepat program inovasi di sekolah“. Untuk memudahkan pengembangan dan pembahasan makalah ini, maka perumusan tersebut dijabarkan kembali kedalam beberapa pertanyaan :
1. Permasalahan-permasalahan apakah yang muncul dalam inovasi ?
2. Apakah sumber-sumber terjadinya Inovasi ?
3. Apakah hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan Inovasi ?
4. Apakah faktor-faktor pemercepat Inovasi ?
C. Tujuan
Secara umum tujuan pembuatan karya tulis berupa makalah ini untuk mempermudah gambaran yang empirik tentang bagaimana upaya-upaya mempercepat program inovasi di sekolah. Sedangkan secara khusus pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui / mengkaji dan menganalisa tentang :
1.    Permasalahan-permasalahan apa yang muncul   dalam  inovasi
2.    Sumber-sumber terjadinya proses inovasi
3.    Hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan inovasi
4. Faktor-faktor pemerapat Inovasi
B. Kegunaan
Terdapat beberapa manfaat yang dihasilkan dari pembuatan makalah ini, antara lain dari aspek teoritis dapat memperkaya kajian tentang ilmu manajemen pendidikan.
Khususnya tentang manajemen Inovasi pendidikan dalam rangka mempercepat program Inovasi di tingkat sekolah. Dari aspek praktis, pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka pengembangan program-program Inovasi di sekolah, khususnya di sekolah penulis          ( SMAN 2 CIAMIS ).


KATA PENGANTAR


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penilis dapat menyelesaikan makalah berjudul UNSUR UNSUR PEMERCEPAT PROGRAM INOVASI PENDIDIKAN.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan dari Prof. Dr. H. Suherli KUSMANA, M.Pd. di Universitas Galuh Ciamis.
Penulis menyadari bahwa dalah pembuatan makalah ini masih bnayak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, wawasan, keilmuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki. Oleh karea itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapan untuk perbaikan untuk penyusunan selanjutnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan serta kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga amal baik semua pihak mendapat imbalan yang berlipat dari Allah S.W.T. Amien.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi para pembaca umumnya.



Ciamis,     Mei 2011


Penulis